Sabtu, 25 Februari 2012

MEMBANGUN JIWA INTERPRENEURSHIP YANG BERKARAKTER???...ATAU ADA KONSEP YANG LEBIH KOMPATIBEL?..

Sebuah obsesi yang wajar kiranya jika semua orang ingin sukses. Namun realita terkadang membatasi obsesi itu. Keterbatasan kemampuan, kreativitas maupun daya dukung terkadang membuat obsesi menjadi mimpi yang jauh di awang-awang.

Melihat kondisi itulah kiranya, dunia pendidikan khususnya di Sekolah Menengah Atas sudah sepantasnya memasukkan muatan interpreneurship dalam kurikulum pembelajaran.Padahal baru saja pemerintah menggembar gemborkan pendidikan karakter dalam kurikulum. 

Yang jadi pernyataan adalah: Apakah kedua konsep ini bisa bersinergi dan menghasilkan output sesuai harapa?.Inilah yang harus dikaji lebih dalam, seberapa urgenkah untuk saat ini konsep pendidikan karakter dan jiwa interpreneurship menuntut dimasukkan ke kurikulum?. Jangan- jangan ada lagi konsep lain yang lebih membumi dan lebih mendesak untuk dicangkokkan ke kurikulum kita?

Berbicara konsep yang ideal memang tidak ada habisnya. Yang selalu habis, justru konsistensi pemerintah maupun kita sendiri selaku insan pendidik yang selalu kehabisan bahan bakar untuk membuat suatu konsep bisa dilaksanakan secara konsisten.

Masih segar dalam ingatan kita, pada masa Orde Baru konsep P4 maupun PMP (Pendidikan Moral Pancasila) begitu nyaringnya kita dengar. Di berbagai seminar maupun forum penataran, konsep ini selalu digembar-gemborkan mampu memunculkan identitas bangsa yang luhur. Kenyatannya,.... sekali lagi kita tidak konsisten. Konten yang begitu bagus, dalam P4 terutama dalam butir-butir pancasilanya ternyata malah menghasilkan prestasi yang mencengangkan, dalam tanda kutip negatif.

Kita bisa melihat angka korupsi negara kita yang menurut beberapa survey lembaga independen dunia menempatkan kita di barisan terdepan negara terkorup di dunia. Bagaimana dengan HAM?........kita bisa buka lembaran gelap penegakan HAM di negara kita.

Pertanyannya sekarang: 
Apa ada yang salah dari konsep P4 dengan 36 butir pancasilanya?
Apa mungkin, jika kita menerapan kurikulum berbasis interpreneurship plus character building akan berhasil jika kita sendiri masih inkonsisten, dan selalu mengadopsi pola negara lain?. Padahal bisa jadi negara yang kita copy konsepnya sudah menyusun konsep baru yang orientasinya 25-30 tahun kedepan. Maka bisa jadi kalau kita masih seperti ini mengambil konsep yang pernah diterapkan negara lain, semakin jauh tertinggal dengan negara lain.

Bukankah: Kita masih punya konsep baku yang mengakar pada budaya kita, yang sudah ada sejak bangsa ini lahir.Misal: Budaya sopan satun (Unggah-ungguh). Sederhana, simpel, memungkinkan diterapkan, dan...punya nilai yang tinggi, sebab mengangkat harkat, martabat dan kehormatan bangsa jika kita bisa menerapkan secara konsisten dalam pembelajaran maupun kehidupan sehari-hari.

Ini hanyalah salah satu contoh saja sebagai pembanding konsep yang saat ini lagi ngetrend, yaitu pendidikan karakter dan jiwa wirausaha.

Semoga...konsep yang diyakini oleh pemerintah kita ( Interpreneurship & Character Building) bisa konsisten dan menyempurnakan jikalau terdapat kekurangan-kekurangan, tanpa harus gonta-ganti konsep dalam menyikapi perkembangan jaman.Amien.................................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DAFTAR NAMA ANGGOTA TIM OLIMPIADE MATEMATIKA SMANSAGA 2014

  • APRILLIA DUWI
  • RATIH HERNI P

Total Tayangan Halaman